Jumat, 23 April 2010

Empat Respons Terhadap Kemiskinan

EMPAT RESPONS TERHADAP KEMISKINAN

1

2

3

4

Akar Masalah

· Keadaan di luar kuasa manusia

· Suratan nasib

· Bencana alam

· Rendahnya pendidikan

· Lemahnya sumberdaya yg menyebabkan rendahnya standard hidup

· Kecilnya kesempatan

· Rendahnya teknologi

· Eksploitasi

· Dominasi

· Penindasan

· Alienasi

· Struktur dan sistem nilai yang salah.

Tujuan

Membebaskan orang dari penderitaannya

· Meningkatkan produksi

· Menumbuhkan kemandirian

· Memberikan kesempatan yang sama

· Menentang dan mengubah struktur yang menindas

Membangun stuktur ekonomi, politik, hukum dan pendidikan alternatif

Program

· Penanganan kelaparan

· Pusat-pusat pengungsi

· Penitipan anak

· Klinik kesehatan

· Pelatihan teknis:

- pertanian

- industri rumahan

- kegiatan peningkatan pendapatan

- kesehatan

- simpan pinjam

- affirmative action

· Serikat buruh

· Partai politik

· Gerakan

· Program-program penyadaran

Serikat-serikat pekerja, model-model alternatif dalam pendidikan, pelayanan kesehatan , pengembangan ekonomi, kegiatanj berkesenian, pengembangan komunitas, penghayatan agama, pembelajaran antar komunitas.

Jenis Perubahan

PERUBAHAN FUNGSIONAL

PERUBAHAN STRUKTURAL

Tipe Kepemimpinan

Ketergantungan besar pada otoritas

Konsultatif

Terbagi di antara para wakil dari lapis terbawah ke atas. Disiplin ketat

Animasi, pengembangan potensi, partisipasi, tanggungjawab yang terbagi, tanggung-gugat pada rakyat.

Semangat Dasar

· Membantu orang miskin

· Belas-kasih/charity

· Membantu orang untuk bisa membantu dirinya sendiri

Profetik. Menolak kebatilan. Mendorong kebajikan

“Lihatlah, saya membongkar dan membuat semua menjadi baru”

Paradigma

KESEJAHTERAAN

PEMBANGUNAN

PEMBEBASAN

TRANSFORMASI


TINGKATAN

EMPAT TINGKATAN KESADARAN

Situasi Komunitas:

Sikap dan tindakan tipikal

EMPAT TINGKATAN KESADARAN

Tipe-tipe Pendampingan

Kesadaran tertutup atau kesadaran pecah

· Naif

· Tergantung

· Teralienasi

· Tertekan

Masyarakat tertutup, tidak terbuka pada perubahan, atau masyarakat yang pecah, di mana pola-pola baru sulit diterima.

Budaya bisu, fatalisme atau sikap pasrah,“Semua ini kehendak Tuhan”.

“Semuanya memang sudah selalu seperti ini, tidak mungkin berubah”.

Penjelasan-penjelasan magis untuk berbagai peristiwa yang terjadi misalnya, karena kutukan, karena guna-guna.

Alam, budaya dan sejarah adalah sesuatu yang terberi, bukan bentukan sosial. Penerimaan mutlak kepada pihak yg berkuasa misal-nya,“mereka yg kaya memang sudah selayaknya kaya dan yang miskin memang karena malas dan bodoh.”

Cara yang berulang dan tidak berubah dalam memenuhi kebutuhan dasar, ritual-ritual tradisional, pemujaan kejayaan masa lalu, se-dikit sekali upaya untuk mengubah kondisi sekarang dan masa depan.

Pendekatan yg melanggengkan situasi yang ada/menghambat perubahan

Pendekatan yg menyumbang kepada tranformasi

Pendekatan paternalistik – bekerja demi rakyat.

Kebutuhan rakyat ditanggapi lewat tindakan sesaat.

Pemberian cuma-cuma yg menciptakan ketergantungan.

Membuka kesempatan utk pe-ningkatan orang per orang secara individual tanpa mengembangkan rasa tanggung-jawab bersama untuk komunitas.

Bergaul dengan rakyat miskin tanpa bersedia terlibat dalam perjuangan mereka untuk mengubah keadaan.

Mengindentifikasi lapisan kelas sosial dan ekonomi.

Memfasilitasi orang dan kelompok agar lebih sadar, berani bicara, mampu menganalisis,menjelaskan permasalahan dan meyakinkan orang lain.

Mengidentifikasi aspek-aspek agama dan budaya lokal yang bermuatan pesan-pesan pembebasan.

Meningkatkan kemampuan orang untuk memecahkan budaya bisu, berbicara terbuka dan jujur dan mempercayai pengalaman mereka.

Meningkatkan ketrampilan dengan cara mendirikan dan mengelola organisasi untuk mengatasi permasalahan lokal.

Kesadaran tumbuh

  • Peka
  • Pemberontak
  • Kritis terhadap orang lain dan peristiwa tetapi tidak mempertanyakan sistem yang mapan

Ada tanda-tanda perubahan terba-tas misalnya pada teknologi, ba-ngunan fisik, pola-pola sosial.

Konflik antar berbagai kelompok yang berbeda kepentingan.

Ada kesadaran akan ketimpangan, ketidak-adilan,dan tidak adanya pemerataan dari kue pembangunan, ttp yg ditangani hanya gejala, bukan akar masalah.

Ada upaya untuk menata kembali beberapa elemen kehidupan ekono-mi, sosial dan budaya misalnya, tuntutan kenaikan upah perubahan dalam pola relasi keluarga, ke-percayaan yang tinggi kpd pen-tingnya pendidikan formal.

Tindakan lokal dan sendiri-sendi-ri untuk memecahkan masalah mendesak.

Adanya proyek-proyek swadaya

Tindakan cepat dilakukan untuk memenuhi hanya kebutuhan langsung.

Pengelompokan masyarakat dipusatkan pada tokoh lokal yang mengklaim dan mengambil alih inisiatif komunitas.

Proyek-proyek pembangunan atau pengembangan masyarakat kecil-kecilan dengan kepemimpinan yang ditunjuk dari atas dan yang tidak membuka ruang untuk partisipasi rakyat dan proses pengambilan keputusan yang demokratis.

Mendorong berbagai kelompok untuk secara bebas mengemu-kakan pandangan, harapan dan alasan mengapa tindakan harus dilakukan.

Mencari sebab-sebab ketidak-adilan yang terjadi

Mengembangkan pola-pola baru dalam pengambilan ke-putusan dan proyek-proyek kecil yang menerapkan pro-ses perencanaan bersama, aksi-refleksi-aksi, dst.

Tidak mencabut orang-orang yang kritis dan sadar dari komunitasnya, tetapi men-jadikan pandangan dan ko-mitmen mereka milik bersama dan tanggungjawab seluruh komunitas.

Kesadaran Reformatif

  • Mulai berupaya memperbaiki keadaan supaya sistem yang ada bisa berfungsi

Mengakui adanya berbagai lapis kelas sosial dengan kepentingan yang beda.

Konflik terbuka.

Mulai tumbuhnya serikat buruh, tani, rakyat miskin kota, dsb.

Adanya kehendak kuat untuk menentukan nasib sendiri dengan mengandalkan sumberdaya yang dipunya.

Beralih dari persepsi ke analisis.

Mulai mempertanyakan mengapa yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin, mengapa ada sebagian kecil orang dengan kekuasaan sangat besar.

Berjuang untuk ikut menentukan keputusan bersama berbagai kelompok pemegang kekuasaan.

Belum mempersoalkan struktur piramida kekuasaan atau nilai-nilai yang menguntungkan penguasa misalnya, undang-undang yang lebih melindungi kekayaan penguasa dari pada melindungi kepentingan rakyat.

Adanya tuntutan kenaikan upah, jam kerja lebih pendek. Senang dengan slogan-slogan.

Berebut kedudukan, hanya mengganti orang, bukan struktur.

Dibentuknya organisasi-organisasi besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan pola kerja yg otoriter dan sentralistik, yg memaksakan ideologi tertentu, tdk mendorong orang untuk berpikir sendiri.

Mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mempertanyakan corak pertumbuhan yang terjadi.

Menganggap kegiatan yang dilakukan sebagai satu-satunya yang tepat dan benar.

Memandang politik hanya sebatas pemilihan umum.

Model-model yang mendorong kelompok-kelompok masyarakat mengkaji situasi secara kritis dan membuat rencana kerja.

Mengkaji perbedaan kepentingan

· antara kelas yang berbeda dalam masyarakat

· di dalam organisasi sendiri

Mendorong terjadinya dialog terus menerus antara pemimpin dan massanya.

Siklus aksi-refleksi yang mengarah kepada evaluasi terus menerus atas nilai, tujuan dan strategi.

Menempatkan perjuangan dalam konteks sejarah.

Kesadaran transformatif

Berkembangnya pola-pola hubungan baru antar kelas

  • menggugat secara mendasar nilai-nilai lama dan menumbuhkan nilai-nilai baru
  • Mengembangkan secara kreatif berbagai jenis tatanan yang mencerminkan nilai-nilai baru di atas.

Keasadaran bahwa ‘kebebasan adalah perjuangan terus menerus.’Karenanya, keterlibatan individu dan kelompok merupakan proses permanen bagi pembaruan dan pembebasan. Adanya kewaspadaan akan kemungkinan berkembangnya pola-pola penindasan baru

Terlalu menekankan pentingnya teknologi demi efisiensi.

Memanfaatkan perbedaan suku, ras, budaya dan agama untuk memecah belah kelompok-kelompok yang pada hakikatnya mempunyai kepentingan yang sama. Sikap menentang imperi-alisme internasional yang asal-asalan, bukan dengan strategi yang dipertimbangkan masak-masak.

Mendorong kebiasaan orang untuk melakukan refleksi atas kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi.

Melakukan berbagai eksperimen kreatif.

Mengganti struktur otoriter dengan struktur swa-kelola dan partisipasi aktif di semua tingkatan.

Adanya komunikasi terbuka dengan dan antar kelompok-kelompok akar rumput. Mendorong terbentuknya jaringan-jaringan kerjasama.

Membangun solidaritas nasional dan internasional dan aliansi yang kuat antar berbagai kelompok dengan kepentingan yang sama.

Bahan diambil dari: Anne Hope and Sally Timmel, Training for Transformation, A Handbook for Community Workers (London: Immediate Technology Publication Ltd, 1999) Book III, pp. 76-79.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar